2019/12/01

Mengerti dan Dimengerti

Setiap orang pasti ingin dimengerti. Setiap orang tua pasti ingin anaknya mengerti keinginan orang tuanya. Ada orang tua yang merasa paling mengerti anaknya. Berpikir bahwa orang tualah yang paling tau apa yang diinginkan anaknya. Mungkin bila dikatakan jika orang tua mengerti dan mengetahui apa yang dibutuhkan anaknya secara material, itu baru betul. Setiap orang tua tau apa yang di butuhkan anaknya secara material, seperti kebutuhan sekolah atau kebutuhan dalam pertumbuhan sang anak. Tapi apakah orang tua benar-benar tau apa yang di butuhkan anaknya secara mental dan emosional? Apakah orang tua benar-benar tau apa yang diinginkan anaknya secara emosional? Apakah orang tua mau mengerti apa yang sebenarnya anak rasakan terhadap mereka? 

Ada sebagian orang tua yang dapat mengerti apa yang diinginkan anaknya, apa yang anaknya rasakan. Bahkan menjadi orang tua yang benar-benar dapat berperan sebagai "sabahat" bagi sang anak. Tetapi masih banyak juga orang tua yang menjadi orang tua dengan tipe otoriter, orang tua terlalu berekspektasi dan menuntut anaknya secara tidak sadar. Masih banyak orang tua yang merasa anaknya tidak mengerti dirinya. Mereka tidak tahu atau mungkin tidak sadar bahwa anaknya sedang berusaha untuk mengerti apa yang orang tuanya lakukan dan harapkan. Masih banyak orang tua yang merasa kecewa dengan sikap anak terhadapnya, tanpa mereka ketahui bahwa sesungguhnya anaknya pun merasa kecewa dengan sikap orang tuanya terhadap si anak. 

Bagi para orang tua di luar sana, jika kalian ingin dimengerti oleh anak kalian, cobalah kalian untuk mengerti dahulu apa yang anak kalian inginkan secara emosional. Karena sesungguhnya anak lebih membutuhkan dukungan secara moril, secara emosional, bukan hanya pada saat masa kanak-kanak mereka, tetapi juga pada masa remaja mereka. Dukungan moril bagi para remaja sangat dibutuhkan untuk persiapan mental mereka menjelang mereka ke perguruan yang lebih tinggi. 

Bagi para orang tua di luar sana, jika kalian ingin anak kalian melakukan yang kalian inginkan, lakukanlah hal itu terlebih dahulu kepada anak kalian. Karena walaupun umur sudah bertambah dan anak kalian bukanlah seorang anak-anak lagi, tapi dia tetaplah seorang anak yang mempunyai naluri untuk mencontoh orang tuanya. Children see and children do. Biarkanlah anak kalian melihat apa yang dilakukan oleh orang tuanya, dan anak pun bisa melakukan hal itu kepada kalian, orang tuanya. 

Bagi para orang tua di luar sana, cobalah untuk mendengarkan anak kalian. Cobalah untuk merendahkan ego dan gengsi kalian sebagai orang tua untuk mendengarkan apa yang sesungguhkan dirasakan oleh anak kalian. Cobalah untuk perlahan-lahan mengerti apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh anak kalian. Janganlah menanamkan pada diri kalian sendiri bahwa kalian adalah orang tua dan kalian sangat mengerti anak kalian, karena sesungguhnya kalian belum tentu benar mengerti apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh anak kalian. 

Bagi para orang tua di luar sana, jika kalian ingin dimengerti oleh anak kalian, cobalah kalian untuk mengerti anak kalian terlebih dahulu. Kenalilah anak kalian, terutama anak dalam usia remaja, dimana mereka sedang mencari jati diri mereka dan mereka amat sangat membutuhkan dukungan moral dari kalian. Janganlah memberi komentar negatif akan apa yang sudah mereka capai. Hargailah proses yang sudah mereka lakukan.

Jika kalian sudah benar mengerti anak kalian, maka anak kalian pasti dapat mengerti kalian juga.

MENGERTILAH TERLEBIH DAHULU JIKA INGIN DIMENGERTI.

2019/06/04

Not A Father's Princess

"A girl is daddy's princess."

Aku banyak mendengar orang bilang kalimat ini. Dan aku juga banyak melihat nyata adanya, bahwa seorang anak perempuan adalah anak kesayangan seorang ayah. Ada seorang teman yang sangat dekat dengan ayahnya. Setiap pagi sebelum masuk sekolah, ia akan mencium dan memeluk ayahnya. Seolah ia tidak rela untuk berpisah dengan ayahnya. Ada juga seorang anak yang ayahnya dengan sabar menunggunya pulang sekolah dan mengajaknya pergi untuk bersenang-senang sejenak sebelum pulang ke rumah. Ada juga ayah yang memberi ijin ke anaknya untuk melakukan apa yang disukainya. Kebanyakan ayah akan memberi dukungan kepada anaknya untuk anaknya menentukan apa yang ia ingin lakukan atau apa yang sudah menjadi cita-citanya tanpa memberi tekanan berupa ekspektasi yang terlalu tinggi.

Tetapi sepertinya hal itu tidak berlaku untukku. Ayahku bilang bahwa dia berusaha untuk memperlakukan aku dan adikku dengan adil. Tapi nyatanya aku merasa diperlakukan tidak adil. Kesalahan yang adikku lakukan akan berakibat aku yang dimarahi. Prestasi yang sudah kuraih hanya akan selalu dianggap kurang. Tidak ada pujian untukku. Hanya kritikan yang kuterima. Bahkan disaat aku mendapatkan piala untuk juara 2, Ia malah menunjukkan kekecewaan kenapa hanya mendapat juara 2, kenapa tidak mendapat juara 1? Apa yang kulakukan selalu kurang untuknya. 

Ada suatu saat aku sedikit berharap bahwa aku akan mendapat hadiah kecil atas prestasi kelas yang sudah aku dapatkan. Bahkan walaupun hanya berupa penambahan uang jajan walupun sedikit aku akan merasa senang. Tapi nyatanya Ia malah berkata bahwa Ia memberikan uang jajan yang sama kepadaku dan adikku. Dengan alasan Ia selalu bersikap adil kepada kami berdua. Tapi buatku, itu tidak adil. Aku bekerja keras dan bahkan kerja kerasku tidak dihargai sedikitpun. Aku berusaha membuatnya bangga tapi bahkan dia tidak merasakannya. Malam itu aku hanya bisa menangis sendirian. Menelan segala kekecewaanku padanya. 

Banyak kali terjadi saat aku bertanya suatu hal padanya. Aku bertanya dengan suara yang biasa tanpa ada maksud menuduh ataupun menghina atau apapun itu. Tapi dia malah membalasku dengan nada marah. Seolah-olah aku sudah melanggar sesuatu yang seharusnya tidak boleh kulakukan. Tetapi apabila aku menaikan nadaku, dia akan semakin marah dan bilang bahwa apabila aku marah, dia akan lebih marah. Jadi aku harus bagaimana menghadapinya? Apakah berarti bahwa aku tidak boleh marah? Apakah aku harus selalu merasa bahagia saat dirumah walaupun dia lagi marah? Atau haruskah aku mematikan saja segala rasa yang ada?

Disaat aku melihat orang-orang bisa pergi berdua bersama ayahnya, seolah-olah sedang pergi bersama pacar, rasa iri selalu menghampiri hati ini. Aku juga ingin merasakan hal yang sama. Tapi rasanya itu akan sangat sulit. Boro-boro pergi berdua, pergi berempat dengan mama dan adik saja banyakan ocehan yang kudengar. Entah kapan aku bisa merasakan kasih sayang ini...

Hal yang tidak bisa dihindari, apapun yang terjadi, dia tetaplah ayahku. Selama aku masih dihidupi olehnya, aku tak berdaya dalam mengemukan apa yang kupikirkan. Aku tidak dapat bebas pergi kemanapun yang aku ingingkan. Aku harus menahan diri atas apa yang aku rasakan dan menerima semua hal negatif yang secara tidak langsung diberikan kepadaku. Hanya satu doaku untuknya; semoga dia selalu berbahagia dengan apa yang dilakukannya. --

2019/05/14

Teruntuk Para Orang Tua

Tulisan ini kupersembahkan kepada para Papa dan Mama di luar sana yang mungkin tidak tau bahwa anaknya punya sesuatu yang ingin sekali di katakan tapi tidak bisa dikatakan.


Teruntuk Papa dan Mamaku,
Janganlah kalian menaruh harapan tinggi kepadaku, apabila nantinya aku tidak dapat mewujudkannya, kalian akan kecewa.
Janganlah paksakan kehendak kalian kepadaku, aku punya keinginkanku sendiri.
Janganlah kau marahi aku bila aku tidak dapat nilai bagus. Hiburlah aku agar aku tetap dapat menghadapinya.
Terkadang aku tidak butuh saranmu, aku hanya butuh untuk didengarkan.
Jangan mengulang nasihat yang sudah kau berikan terus menerus setiap harinya. Kau boleh mengulangnya dalam jangka waktu yang cukup panjang sebagai pengingat untukku.
Jangan marahin aku hanya karna aku tidak memberi kabar. Tanyalah aku dengan baik-baik.
Jangan kau membalas perbuatan burukku dengan perlakuan yang sama. Perlakukanlah aku dengan cara kalian ingin diperlakukan.
Janganlah kalian merasa bahwa kalian sangat mengenal kita karena nyatanya kalian belum tentu mengenal kita. Kalian bisa saja tidak tahu apa yang aku suka atau tidak suka. Kalian hanya tau pada saat kita di rumah.

Maaf jika aku banyak menuntut kepada. Aku tau tidak seharusnya aku menuntut banyak darimu. Tapi apa yang kuinginkan adalah agar aku dapat mendapatkan kasih sayang yang ku inginkan dari kalian. Apabila aku jauh, tanyakanlah kabarku, ceritakanlah kabarmu, maka aku akan membuat percakapan kita menjadi lebih nyaman. 
Maaf jika kalian menganggap aku sebagai anak yang tidak tau berterima kasih karena kalian sudah membesarkan aku tanpa pamrih. Tapi aku hanya ingin kalian lebih mengenalku lebih dalam.
Maaf jika aku sering diam-diam marah kepada kalian. Itu kulakukan karena aku merasa kalian mengekang dan membatasiku dalam mengekspresikan keinginanku.
Maaf aku masih tidak bisa menjadi anak seperti yang kalian inginkan.
Maaf aku masih memiliki egoku sendiri untuk menjelajahi dunia yang besar ini.
Maaf kalau aku masih tidak bisa memenuhi keinginan kalian.
Ketahuilah, aku sangat menyayangi kalian dan tidak ingin kalian tersakiti. Tapi aku mohon, mengertilah aku seperti kalian ingin dimengerti.

Dari anakmu yang memendam perasaan tersakiti dari kalian tapi tidak punya kesempatan untuk menyampaikannya kepada kalian.